Selasa, 29 November 2011

Pakai Pesawat Mainan, Coba Ledakkan Pentagon

Seorang pria asal Boston, negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat, ditahan karena merencanakan pengeboman gedung Pentagon dan Capitol menggunakan pesawat mainan. Akibat tindakannya ini, dia terancam hukuman penjara hingga 55 tahun.

Dilansir dari kantor berita Reuters, lelaki 26 tahun bernama Rezwan Ferdaus ditahan polisi pada Rabu 28 September 2011. Menurut laporan FBI, Ferdaus mencoba menggunakan pesawat mainan radio kontrol untuk menjatuhkan peledak C-4 di atas kedua gedung vital AS tersebut.

Selain itu, sarjana fisika dari Universitas Northeastern, Boston, ini juga dilaporkan mencoba menjual perangkat peledak beserta detonatornya kepada militan al-Qaeda untuk menghancurkan tentara AS di Timur Tengah. "Ferdaus telah lama merencanakan tindak kejahatan terhadap negara kita," kata jaksa AS, Carmen Ortiz.

 
Pesawat mainan yang akan digunakan untuk mengebom Pentagon dan Capitol.
(REUTERS/U.S. Department of Justice/Handout ) 
Jika dalam pengadilan Ferdaus terbukti bersalah, dia terancam hukuman 15 tahun karena memberikan bantuan terhadap teroris, 20 tahun atas percobaan penyerangan gedung pertahanan AS, dan 20 tahun lagi untuk percobaan penghancuran gedung milik pemerintah AS.

Pengungkapan rencana Ferdaus terungkap berkat laporan agen FBI yang menyamar sebagai anggota al-Qaeda yang mengaku bertugas menyuplai persenjataan dan merekrut militan. Tidak disebutkan berapa lama agen ini menyamar, namun Ferdaus sudah kadung percaya padanya. Saking meyakinkannya penyamarannya, Ferdaus bahkan menyerahkan semua peledak dan detonator miliknya untuk dibawa ke Afganistan.

Bahkan, Ferdaus rencananya akan menyertakan agen itu dalam penyerangannya ke Pentagon dan Capitol. Dalam rencana tersebut, Ferdaus akan mengikat peledak di pesawat miniatur F-86 yang dikendalikan oleh radio kontrol dengan GPS. Ferdaus ditangkap setelah menerima granat, AK-47, dan berbagai bahan peledak dari agen FBI yang menyamar tersebut, tentu saja semua senjata tersebut adalah replika yang tidak berbahaya.

FBI mengatakan Ferdaus tidak memiliki kaitan dengan jaringan al-Qaeda sebenarnya. Dia memiliki pemikiran radikal setelah menyaksikan berbagai video propaganda di internet. Agen FBI yang menyamar sempat meminta Ferdaus untuk mengurungkan rencananya, namun dia tidak goyah.

Peter King, ketua komisi pertahanan dalam negeri AS di DPR, mengatakan penahanan Ferdaus menunjukkan ancaman teroris Islam radikal juga datang dari kalangan berpendidikan. "Ancaman terorisme melampaui sosial ekonomi dan tidak hanya melibatkan warga miskin dan tidak berpendidikan," katanya [dunia.vivanews.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post